Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya yang tak terhingga, salah satunya adalah keragaman bahasa daerah. Menurut data labbineka.kemdikbud.go.id, terdapat 718 bahasa daerah yang tersebar diseluruh daerah. Salah satu bahasa dengan penutur terbanyak adalah bahasa Jawa.
Selain memiliki kosakata yang sangat beragam bahasa jawa juga terbagi lagi berdasarkan karakter asal daerah penuturnya, misal bahasa Jawa pada masyarakat Pati Jawa Tengah akan berbeda dengan masyarakat Malang Jawa Timur. Selain logat yang berbeda ada juga beberapa penyebutan kosa kata yang berbeda padahal memiliki makna yang sama, contoh untuk kata "bohong" di daerah malang mereka lebih sering menggunakan kata "goroh" sedangkan suku jawa dikota lain biasa menggunakan kata "ngapus", "mbicu'i", "mbodoni", "mbuju'i".
Pada umumnya kita mengenal pembagian bahasa jawa menjadi 2 (dua) yaitu bahasa jawa Ngoko dan Kromo, lalu dalam tingkatan Ngoko masih terbagi lagi menjadi Ngoko Lugu dan Ngoko Alus sedangkan Kromo terbagi dalam Kromo Lugu dan Kromo Inggil. Pembagian bahasa jawa ini satu sama lain sangat berbeda sekali baik dari segi kata nya, cara menuturkannya, gestur tubuh saat berbicara, atau bahkan diperuntukan kepada siapa lawan bicara nya.
Terkait diperuntukan kepada siapa saja kita harus bicara ngoko atau kromo saya tidak akan membahasnya karena sudah banyak artikel yang membahas itu silahkan search di google, karena akan panjang sekali jika kita bahas per kata karena dalam satu benda / kata kerja bisa memiliki lebih dari sepuluh kosakata seperti kata "makan" bisa disebut "mangan", "dahar", "sarapan", "mindo", "nguntal", "nyucuk", "jeglak", "nyombor", "nyekek", dan seterusnya.
Tetapi saya akan bahas sisi sisi unik yang lain terkait bahasa Jawa., sisi unik tersebut diantaranya :
Penyebutan Nama Anak Hewan
Jika dalam bahasa indonesia kita mengenal anak kodok adalah cebong, sedangkan untuk bahasa jawa semua hewan memiliki nama masa kecil. seperti "kerbau" atau dalam bahasa jawa "kebo" anak nya disebut "Gudel". Anak Sapi disebut "Pedhet", anak "wedus (kambing)" disebut "cempe", anak kucing disebut "cemeng", anak kodok disebut "precil", anak bebek disebut "meri", anak kadal disebut "tobil", anak pitik (ayam) disebut "piyik", anak macan (harimau) disebut "gogor" dan seterusnya.
Menyingkat Kata
Banyak sekali kosa kata Jawa yang tidak ada padanannya dalam bahsa Indonesia atau jika pun ada maka memerlukan kata / kalimat panjang, misal seperti "sek" yang berarti "tunggu sebentar", "ben" yang berarti "abaikan saja", "moh" yang berarti "tidak mau", "pret" untuk ungkapan tidak percaya, "kunduran" kata untuk mengungkapkan posisi kita dibelakang benda yang bergerak kebelakang secara tiba tiba lalu menabrak, selain itu dibeberapa daerah ada yang menyingkat kalimat seperti "bumah" yang merupakan akronim dari "mlebu umah" atau masuk rumah, ada juga "garwo" yang bermakna istri akronim dari "sigarane nyowo" atau bermakna belahan hati, dan masih banyak lagi.
Mengulang Kata
Dalam bahasa indonesia kita mengenal kata "kesana kemari" untuk menggambarkan kondisi dimana sesuatu itu (object/benda) berpindah - pindah berlawanan arah secara terus menerus. Didalam bahasa jawa maka semua kata kerja ada kata pengulangnya, contoh "mongan mangan" berasal dari kata "mangan atau makan" untuk menggambarkan kondisi manusia / hewan yang terus menerus makan. Dan banyak lagi yang jika disebutkan keseluruhannya tidak cukup dalam satu halaman, beberapa kata diantaranya adalah "ngalor ngidul", "mobat mabit", "mutar muter", "mosak masek", "mulat mulet", "mota mati", "rono rene", "ginak ginuk" dan seterusnya.
Penekanan Kata
Menekankan kata untuk memastikan kondisi yang berlebihan, misal kata "lemu" yang bermakna "gemuk", jika untuk menggambarkan kondisi yang sangat gemuk / lemu maka bisa diucapkan dengan kata "luuuemmuuuuu", "legi" yang bermakna "manis" jika untuk menggambarkan kondisi yang sangat manis bisa disebut "luuuegggiiii".
Kalimat Sumpah Serapah
Bahasa Jawa memiliki stok kosa kata yang cukup untuk menumpahkan kekesalan atau kekecewaan, selain kalimat yang secara spesifik memang digunakan untuk mengumpat seperti "jan**k", ada juga umpatan yang diambil dari nama hewan seperti "asu" anjing, "Kampret" kelelawar, "Bedes" monyet, "wedus" kambing, "jangkrek" jangkrik, dan seterusnya.
Ada juga kalimat kasar semacam umpatan tetapi yang dimasukan dalam sebuah kalimat, seperti "congormu iku!, muni urung mangan" dalam bahasa indonesia berarti "mulutmu itu!, bilang belum makan" jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia tidak terlihat kalimat kasar, tetapi menjadi kasar karena kata "congor" itu berarti mulut atau hidung babi. Banyak anggota badan binatang yang memiliki kosakata sendiri yang sering digunakan sebagai kata umpatan. Contoh bagian badan binatang yang memiliki kosa kata tersendiri seperti mulut binatang berparuh disebut "cucuk", kaki belalang disebut "sotang", kaki ayam disebut "ceker", kaki babi disebut "tokor" dan lain sebagainya, sehingga jika kita memasukan istilah itu untuk menyebutkan anggota badan kita maka kita dianggap seperti hewan.
Begitulah keluasan ragam bahasa Jawa salah satu bahasa yang paling banyak dituturkan oleh orang indonesia, semoga bisa menambah referensi terkait bahasa daerah yang ada di Indonesia.