Aneh nya di negeri ini, ketika ada seorang ulama menyampaikan ceramah kepada penganut agamanya sendiri dan di dalam ceramah tersebut membahas tentang pokok ajaran agama yang tercantum dalam kitab suci agama sendiri, yaitu tentang QS Al Ikhlas ayat 3 "Tuhan tidak beranak & tidak diperanakkan", yang dalam penyampaiannya ulama tersebut mengatakan "kalau tuhan beranak bidannya siapa??" Tiba - tiba sekonyong koder ada sekelompok golongan tersinggung dan melaporkan ulama ke polisi,
Bukannya tidak ada yang menyuruh untuk mendengarkan ceramah tersebut, itu ceramah terbatas, itu konsep dasar ajaran agama tersebut, jadi yang ceramah siapa, yang mendengarkan siapa, la kok yang tersinggung siapa??
Dan bukannya semua kitab suci agama samawi tidak ada yang mengatakan tuhan mempunyai anak (secara biologis), tetapi kata "anak" yang dimaksud dalam kitab suci adalah sebuah istilah untuk mengatakan sebagai hamba yang dekat dengan tuhan, dan penyebutan anak tidak hanya berlaku pada satu utusan saja, sejak zaman nabi adam utusan tuhan tersebut di sebut "anak tuhan".
Ok, kalau argumennya seperti itu tetapi menurut dr zakir naik, siapa saja bisa menyebut sesuatu / benda / mahluk hidup atau materi apa pun itu sebagai tuhan asal memenuhi beberapa kriteria yang terdapat dalam surat al ikhlas,
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa"
Syarat pertama dia harus satu, esa, tunggal, wahid, siji, se'di, mesa, tidak ada saingan, tidak ada kembaran dan tidak ada yang serupa atau menyamai.
"Allah adalah tuhan yang bergantung segala sesuatu"
Syarat kedua semua mahluk yang ada di alam semesta membutuhkannya,
"Allah adalah tuhan yang bergantung segala sesuatu"
Syarat kedua semua mahluk yang ada di alam semesta membutuhkannya,
"Dia tidak beranak, serta Dia tidak pula diperanakkan"
Syarat ketiga sesuatu zat yang di anggap tuhan itu harus tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai bapak ibu (tidak dilahirkan secara biologis).
"Dan tiada satupun yang setara dengan Dia."
Syarat ke empat, tidak ada satupun mahluk, barang, atau sesuatu benda apapun, yang mirip dengannya..
La mosok menjelaskan seperti itu dilaporkan kepolisi, bukannya ini konsep dasar ketuhanan yang menggunakan akal, logika dan nalar,
Yo wes mboh, sembahen watu wae kang..
0 komentar:
Post a Comment