Banyak dari kita jika mengukur orang lain dengan penggaris diri kita, memandang orang lain menggunakan kacamata kita, menilai orang lain dengan pemikiran kita, bahkan mengambil kesimpulan terhadap persoalan orang lain berdasarkan isi kepala kita.
Misal nya ketika Kita sangat suka makan sate karena menurut kita rasanya enak, lalu kita akan menjudge aneh orang lain yang tidak suka makan sate hanya karena dia tidak suka, kita anggap aneh karena selera dia berbeda dengan selera kita.
Misalnya lagi Jika ada orang tidak suka dengan keramaian, tidak suka dengan kebisingan, tidak suka hadir di acara - acara yang banyak suara musik keras, lalu apakah kita akan mengambil kesimpulan orang lain itu aneh, hanya karena keramaian adalah hal yang kita sukai. Padahal bisa jadi kita punya karakter sanguin yang suka dengan kebisingan dan keramaian sedangkan orang lain tidak, bisa jadi orang lain punya trauma dengan keramaian, bisa jadi orang lain tidak nyaman dengan keramaian, tetapi kita yang salah dalam menilai dan mengambil kesimpulan, bahkan seolah paling paham dan mengerti.
Sepertinya kita sudah terbiasa menilai negatif orang yang berbeda sikap dengan sikap yang kita pilih, bahkan ketika ada orang yang bersikap untuk tidak mengambil sikap terhadap persoalan orang lain, itu juga di anggap salah.
Padahal setiap orang punya Karakter, Latar Belakang, Pendidikan, Lingkungan, Keluarga, Pengalaman dan Masa Lalu yang berbeda - beda, yang pada akhirnya akan membentuk pola pikir yang berbeda pula.
Bisa jadi kita menerima terpaan gelombang dan badai (Ujian) yang sama tetapi kemampuan kita dalam menghadapinya dan cara kita survive berbeda pula, karena mungkin kita berada di laut yang sama, tetapi bisa jadi perahu kita berbeda. Atau bisa jadi kita melihat objek yang sama tetapi sudut pandang kita berbeda.
Bisa jadi.