Ini hanya sebuah cerita Tentang Beras
Alkisah, pada zaman dahulu kala disebuah kampung yang besar, kaya akan sumber alam serta memiliki penduduk yang banyak, sedang dilakukan proses pemilihan kepala adat yang dilaksanakan dengan system pemilihan oleh masyarakat dari beberapa kandidat, pemenang ditentukan bukan berdasar kesaktian, ketampanan, darah biru, sayembara, dll tetapi berdasarkan suara terbanyak. Orang waras dan tidak waras, orang cerdas dan setengah cerdas memiliki bobot nilai yang sama sebagai pemilih.
Singkat cerita, dimasa sebelum pemilu para cakedat (Calon Kepala Adat) mencari simpati masyarakat dengan berbagai Trik dan Upaya agar terpilih, dalam 1 Bulan bisa mencapai 20 dusun dikunjungi. Biaya yang dikeluarkan pada waktu mencari simpati ini begitu besar, bayangkan dalam sekali kunjungan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tiket Unta kelas Bisnis 1 Orang sebesar Rp. 5.000.000 Pulang Pergi Rp. 10.000.000,- jika dalam rombongan tersebut sebanyak 20 Orang maka Biaya Tiket saja sudah mencapai Rp. 200.000.000,- , Belum Akomodasi, Belum Tenda, Spanduk, Sound System, Bagi – Bagi Kaos untuk mengikuti kegiatan, Biaya Wartawan & Media masa untuk meliput. Sehingga sekali kunjungan bisa mehabiskan biaya senilai dengan 25 Ekor Unta. Dan dalam sebulan bisa mencapai biaya senilai 250 Ekor Unta Dewasa.
Dari mana cakedat ini mendapatkan uang, dari saudagar rempah rempah yang kaya raya, yang dengan tulus dan tidak iklas membiayai semua kegiatan tersebut. Kok tidak iklas, ya iyalah namanya juga saudagar yang biasa berdagang, harus menghitung untung ruginya dong, ngasih apa harus dapat apa, dengan modal sekecil kecilnya harus dapat untung sebesar besarnya.
Alhasil, dengan modal yang begitu kuat dengan ijin dewata maka terpilihlah satu orang cakedat menjadi Kepala Adat. Tidak semua rakyat bergembira tapi semua sudah kehendaknya,, kini tiba saatnya Saudagar – saudagar kaya mulai menagih Janjinya.
“Tuan Kepala Adat” kata Saudagar. “Saya ingin berdagang yang sepertinya ini sedikit bisa membantu mengembalikan harta benda saya yang sudah habis untuk membiayai paduka”
“Berdagang apa??” Sahut ketua adat sambil tersenyum kecut.
“Di Kampung tetangga ada dijual Beras dengan harga Rp. 5.000 sekilo, kalau saya bisa mendatangkan beras tersebut dan saya jual di kampong kita dengan harga Rp. 10.000 sekilo maka dapat keuntungan yang besar”
“Baik, saya paham maksud kamu,, sisihkan sedikit dari keuntungan mu buat para pengurus kampong dan media masa, urusan menjelaskan ke rakyat biar urusan saya,, saya akan sampaikan kalau lumbung beras kita sedang kondisi sulit, untuk menjaga harga dipasar tetap stabil dan tidak memberatkan warga miskin biar bisa tetap makan maka kita perlu mendatangkan beras dari kampong tetangga”
“ Baik paduka, tetapi bagaimana jika petani kita akan mengembangkan budidaya beras, nanti kalau stock beras dikampung kita berlimpah dagangan saya tidak laku paduka”
“Tenang, subsidi bibit dan pupuk akan saya batasi, pengembangan bibit diluar departemen kita akan dianggap illegal dan harus dipidana, pembelian beras dari petani oleh lumbung kita akan ditekan harganya, tenanglah. Semua bisa dikondisikan”
“Siap Paduka, Jika ini berhasil saya akan mendatangkan garam, pete, jengkol, cangkul, dan lain lain”
Ketua adat hanya bisa tersenyum kecut.