Wednesday 31 October 2018

Nahdlatul Ulama - NU


Aku wong NU jua


Saya Muslim, tetapi bukan berarti saya haram mengkritik umat islam yang telah melenceng dari ajaran islam. Saya orang indonesia, tetapi bukan berarti saya tidak boleh mengkritik warga  yang sikap kebangsaannya melecehkan negara. Saya anggota organisasi NU walaupun kartu ke anggotaan saya sudah ga tau dimana, saya terlahir dari keluarga besar yang fanatik NU, mbah mbah saya wong NU, Walau ilmu agama saya dangkal setidaknya saya pernah ngaji yang sanadnya sampai ke Mbah Hasyim Asyari karena guru - guru saya (KH Faruq Suyuti, KH Humam Suyuti, KH Najib Suyuti, dll) adalah keturunan dari KH. Suyuti Abdul Qodir Guyangan Pati yang juga murid KH. Hasyim syari, mazhab saya syafii dan akidah saya asy ariyah seperti kebanyakan warga NU lainnya walaupun masih belajar, tapi bukan berarti kualat kalau saya mengkritisi organisasi ini. 

Bagaimana kita liat Ulama - Ulama sepuh NU yang masih memiliki garis Nasab dengan pendiri NU pun mengkritisi Beberapa kebijakan yang mungkin di anggap sudah keluar dari kebijakan sesepuh NU, misal ketika Gus Sholah cucu pendiri NU KH. Hasyim Asyarai yang mengkritisi NU saat ini yang terlibat dalam politik praktis, bahkan lebih jauh seperti yang diberitakan bahwa Tebu Ireng tidak mengakui Muktamar ke 33 dan tidak mengakui kepengurusan PBNU saat ini. Berbeda pendapat bukan berarti harus menjadi musuh.

Jika dalam darah kita mengalir darah NU tentu kita sedih dan kecewa meliat salah satu cabang / sayap organisasi besar ini di isi oleh orang - orang yang dapat merusak agama, ada tokoh Jaringan Islam Liberal menjadi anggota NU walaupun sudah taubat namun pemikirannya masih mengundang kontroversi, salah satu cabang NU yang lain di isi oleh oknum orang - orang yang suka meng olok - olok agama islam, seperti seseorang yang mengaku ustadz tapi namanya saja meng olok - olok ajaran islam (Ustadz Abu J***a), maka tidak heran jika banyak oknum dalam kelompok ini lebih suka berjoget di atas pentas dangdut, dan membubarkan pengajian. Lebih suka menjaga non muslim beribadah karena di bayar daripada berjuang dilokasi bencana dengan keluar uang sendiri. Kalau sesepuh kita melihat hal ini,, saya yakin beliaupun akan ber istigfar.

Saya tidak sependapat dengan konsep khilafah yang di tawarkan oleh ormas tertentu, karena ideologi yang di rumuskan para ulama ulama dan tokoh tokoh pendiri bangsa ini sudah sesuai dengan kondisi indonesia dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, NKRI harga mati. Tetapi saya juga tidak sependapat jika bendera rasulullah di bakar hanya karena bendera tersebut sering dibawa oleh ormas tertentu. Atau bendera tersebut dijadikan barang bukti sebagai tindak teroris.

Aku wong NU tapi aku gak setuju kalau bakar - bakar bendera liwa' atau roya'. Kalau gak sepaham ayo diskusi ojo di caci apa lagi di maki.

Wallahua'lam

0 komentar: