Untuk Anakku Tersayang,
Ayah dengar cerita-ceritamu tentang kehidupan di pesantren… tentang teman-teman yang baik, yang bisa diajak berbagi tawa dan canda. Tapi juga tentang teman yang suka usil, jahil, yang kadang berkata menyakitkan, yang membuatmu sedih dan merasa sendiri. Ayah dengar semuanya, Nak. Dan sungguh, hati Ayah ikut sedih saat kamu bercerita tentang rasa sakit karena kata-kata yang menyakitkan.
Bukan karena Ayah tidak ingin membela atau tidak peduli. Bukan pula karena Ayah tidak mampu membantu. Tapi Ayah ingin kamu belajar sesuatu yang penting dalam hidup: bahwa tidak semua orang di dunia ini akan memperlakukan kita dengan baik. Tidak semua orang bisa mengerti perasaan kita. Dan tidak semua orang akan menjadi seperti yang kita harapkan. Mereka juga punya cara sendiri dalam menjalani hidup, dengan segala kekurangan dan luka yang mungkin belum mereka sembuhkan.
Anakku, suatu hari nanti, kamu akan tahu… bahwa hidup ini tak selalu lembut. Dunia ini, meski indah, bisa juga terasa keras dan penuh ujian. Kamu akan bertemu lebih banyak orang, dengan sikap dan latar belakang yang jauh lebih beragam. Kamu akan mengalami banyak hal yang menguji kesabaran, keteguhan, dan hatimu.
Dan itulah alasan kenapa Ayah ingin kamu belajar dari sekarang—belajar mengelola perasaan saat kamu terluka, belajar menenangkan hati saat emosi memuncak, belajar menerima kenyataan yang tidak selalu sesuai harapan. Belajar membedakan mana yang harus kamu lawan, mana yang cukup kamu lepaskan.
Ayah percaya… perlahan-lahan, kamu akan menemukan caramu sendiri. Kamu akan lebih kuat, lebih bijak. Dan Ayah yakin, kamu bisa melewati semua ini.
Nak, bukan karena Ayah tak menyayangimu, makanya Ayah membiarkan ini terjadi. Justru karena Ayah sangat menyayangimu, Ayah ingin kamu menjadi pribadi yang tangguh. Ayah ingin kamu punya bekal menghadapi dunia ini, bukan dengan kemarahan… tapi dengan hati yang kuat dan penuh kasih.
Dulu, Ayah juga pernah menjadi anak-anak sepertimu. Nenekmu mendidik Ayah dengan cara yang sama. Ayah pernah merasa bingung, sedih, bahkan takut. Tapi dari situlah Ayah belajar—tentang kehidupan, tentang bagaimana menjaga hati, tentang bagaimana tetap bertahan meski rasanya ingin menyerah.
Dan sekarang, Ayah ingin kamu juga merasakan proses itu. Karena Ayah tahu, kamu mampu. Dan kalau kamu berhasil melewati ini, kamu akan tumbuh jadi pribadi hebat—yang tak mudah goyah oleh masalah, yang tak mudah tumbang oleh badai.
Habiskan masa sulitmu sekarang, Nak… agar kelak hidupmu lebih ringan. Belajarlah sebanyak-banyaknya dari setiap luka, setiap kejadian. Karena semua itu akan membentukmu jadi sosok yang luar biasa.
Ayah akan selalu mendoakanmu. Semoga Allah meridhoi setiap langkahmu. Tetaplah semangat, tetaplah kuat.
Ayah sayang kamu, selalu. 🤍
0 komentar:
Post a Comment