Saturday 12 November 2016

Kasus Al-Maidah 51 cara Allah mengetahui Iman kita

Bismillahirrohmanirrohim

Beberapa minggu terakhir ini kita dihebohkan dengan berita tentang kasus dugaan penistaan agama dengan mencatut Alqur’an Surat Al Maidah Ayat 51, hati ini pun terusik ingin ikut nimbrung memberikan pandangan  melalui tulisan semoga memberi manfaat untuk diri pribadi, dan mudah - mudahan juga dapat memberi manfaat buat orang lain.

Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan Pilkada DKI Jakarta, karena saya bukan warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih, saya juga bukan simpatisan partai tertentu, juga bukan pendukung atau mengidolakan salah satu pasangan calon Gubernur DKI, tetapi saya adalah seorang Muslim yang ingin hidup damai dan bertoleransi di Negeri tercinta Indonesia.

Jika boleh meminjam istilah Aa Gym, saya adalah salah satu orang yang terluka hatinya saat agama yang saya yakini kebenarannya di usik,
Saya juga sangat membenci orang yang mengatas namakan agama namun mengambil keuntungan darinya, siapapun itu.

Dan pada kasus Almaidah Ayat 51, saya sama sekali bukan benci karena terduga pelaku adalah non Muslim, kalau kita melihat sejarah islam bagaimana cerita tentang Ali bin Abi Thalib yang berjalan dibelakang lelaki tua dari golongan yahudi, dan Ali enggan untuk mendahului walaupun beliau hampir ketinggalan keutamaan sholat subuh berjamaah, dan bagaimana nabi memuji perbuatan itu bahkan diriwayatkan nabi memperlama gerakan ruku nya agar Ali bin Abi Thalib dapat ikut serta dalam sholat tersebut.

Kita lihat juga sejarah bagaimana Islam di masa masa kenabian, non muslim diperlakukan dengan sangat baik, istilah dalam islam adalah kafir dhimmi, artinya non muslim yang wajib dilindungi, bahkan diajak terlibat dalam pemerintahan pada waktu itu.

Saya sendiri bekerja dalam perusahaan non muslim, saya cinta dengan pekerjaan itu dan berusaha menjadi yang terbaik dan punya keinginan membuat besar dan maju perusahaan tersebut, didalam islam jelas tidak ada larangan dalam bekerja sama dengan orang non muslim.

Saya juga bukan orang yang membenci terhadapa etnis tertentu, karena kebetulan terduga adalah katakan etnis keturunan bukan berarti semua etnis tersebut berperilaku sama, saya sangat mengidolakan Ustadz Felix, begitu juga kita semua tahu bahwa Bapak bangsa kita Gusdur dan keluarga besar KH. Hasyim Asyari pendiri Organisasi Islam terbesar diindonesia Nahdlatul Ulama adalah Keturunan Cina, begitu juga kita tahu bahwa hampir sebagian besar Wali Songo yang berperan besar terhadap penyebaran agama islam di indonesia adalah keturunan Cina (Para Ulama dari Gujarat menikah dengan putri putri Raja Cina yang selanjutnya menyebarkan agama di asia termasuk indonesia).

Jadi jelas saya bukan benci terhadap non muslim, bukan benci terhadap etnis tertentu, apalagi benci terhadap pribadi seseorang, semua orang diciptakan oleh tuhan dengan sebaik baik penciptaan, diciptakan oleh tuhan yang menciptakan langit, bumi dan seisinya (setidaknya itu yang saya yakini), jadi jika sesorang benci terhadap orang lain maka dia benci dengan ciptaan tuhan. Yang dibenci adalah perilakunya, bukan orangnya, dan berharap semoga allah memberi hidayah.

Banyak diantara kita, bahkan sebagian besar saudara kita seiman yang begitu membela luar biasa terhadap terduga pelaku penistaan ini sampai segitunya, sampai luar biasa nyolotnya dengan teman seiman demi mepertahankan argumennya, bahkan sampai merendahkan ulama, menuduh ulama banyak mendapat aliran dana, dan lain sebagainya. Astagfirullah. Sebahagia itukah kita hidup bersama dalam barisan orang yang kita dukung di akherat kelak.

Meminjam ilustrasi dari Aa Gym :
“ suatu saat ada Ulama yang menyampaikan ke jamaah, bapak ibu jangan makan babi ya??, karena bagi orang islam babi itu haram!!, berdasar perintah allah dalilnya Al  Quran Surat Almaidah ayat 3“
Tiba tiba di sisi lain penjual babi atau penikmat babi mengatakan “Bapak ibu jangan mau dibohongi pakai almaidah ayat 3”

Tuiing...

Itu bukan ranahnya, yang mengatakan itu tidak punya kompetensi mengatakan itu karena belum pernah belajar ilmu tafsir, belum pernah mengkaji ayat tersebut, dan itu bukan bidangnya,, jadi hati ini terusik, terganggu, sedih dan campur aduk, dan hanya orang yang tidak beriman saja yang tidak terganggu.

Tapi mungkin reaksinya berbeda beda, ada yang memafkan, ada yang marah, ada yang menaggapinya dengan bijak, tetapi didalam hatinya ada rasa yang tidak enak.. karena di zaman nabi, beliau selalu memaafkan orang yang menyakiti dan menghina beliau tetapi ketika tuhan dan agamanya dilecehkan beliau sangat keras.

Maka keimanannya perlu dipertanyakan jika ada orang yang mengaku beriman, secara KTP Islam tapi menganggap hal ini biasa dan lumrah, dan bahkan parahnya ikut membela mati matian sampai menjelek jelekan ulama dan saudara seimannya.

Padahal seandainya non muslim ada pada posisi yang sama, mereka juga akan melakukan hal yang serupa, dan keimanan mereka juga akan terusik, misal jika ada tokoh muslim populer yang berkata dikalangan nasrani “ bapak ibu jangan mau dibohongi pakai yohanes ayat 1 : 1” tentu umat nasrani akan tersinggung karena itu kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan sesorang yang mengatakan itu tidak mempunyai kompetensi dalam mengatakan itu.

Namun begitu jangan pernah kita berbuat anarkis, dan main hakim sendiri karena kita hidup dinegara hukum, biarkan yang berwajib menyelesaikan semuanya dan kita berharap penegak hukum dapat berlaku adil seperti pelaku penista agama sebelum sebelumnya baik dari kalangan muslim maupun non muslim.

Serahkan semuanya pada yang berwajib, apapun keputusannya, cukup Allah menjadi saksi di Akherat nanti bahwa kita berada dalam barisan Ulama dan orang orang yang memperjuangkan agama.

Damai Itu Indah,
Islam itu Indah,


0 komentar: