Bayang-Bayang Mantan Raja
Alkisah, di sebuah galaksi jauh nan asing, berdirilah sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Pakhoy. Kerajaan ini baru saja berganti kepemimpinan. Seorang raja muda, gagah, dan penuh ambisi bernama Raja Venom, naik tahta menggantikan sang mantan penguasa yang legendaris: Raja Marvel.
Namun, tahta ternyata tidak pernah benar-benar kosong dari bayangan. Meskipun sudah turun, Raja Marvel masih memiliki kekuatan yang mengakar. Ia masih mengendalikan banyak laskar perang, para hulubalang, dan bahkan putra mahkota yang kini menjabat sebagai patih bagi Raja Venom. Bayangan itu terus mengikuti langkah sang raja baru, seperti hantu yang menolak dilupakan.
Pada awalnya, hubungan keduanya berjalan tenang, meski kaku. Tapi sebagaimana hukum karma yang selalu menagih janji, perselisihan pun perlahan muncul. Sejarah mencatat, dahulu saat Raja Marvel berkuasa selama sepuluh tahun, ia pernah mengkhianati Pasukan Merah, pasukan yang setia mendukungnya menaklukkan Pakhoy dan menghantarkannya menjadi Raja. Kini, pengkhianatan itu seperti berbalik arah.
Raja Venom mulai menemukan puing-puing kebobrokan yang ditinggalkan pendahulunya. Sistem manajemen kerajaan porak poranda, rakyat sengsara, dan para pejabat yang katanya setia ternyata hanya kumpulan pencuri berkedok bangsawan. Hulu balang yang korup, patih yang licik, pejabat istana yang rakus. Semuanya menyedot kekayaan negeri, sementara rakyat hanya menelan penderitaan.
Raja Marvel dahulu pandai bersandiwara. Ia mengenakan topeng kesederhanaan, menampakkan diri sebagai penguasa dermawan. Namun, di balik itu, tangannya berlumuran darah dan kerakusan. Ia bahkan menyewa para pemain ketoprak untuk terus menyanjung namanya di setiap pementasan. Seakan-akan, ia adalah dewa penolong bagi rakyatnya. Dan banyak orang yang tertipu.
Raja Venom tidak tinggal diam. Satu per satu orang kepercayaan lama ditangkap, diadili atas tuduhan korupsi dan penggelapan. Kerajaan dibersihkan. Istana tidak lagi menjadi tempat para pencuri berjubah kebesaran. Namun, langkah itu sekaligus menyalakan api di hati sang mantan.
Raja Marvel, dengan siasat lamanya, kembali bergerak. Tidak secara terang-terangan. Ia tahu, kekuatan paling dahsyat bukanlah pedang atau tombak, melainkan kata-kata. Ia menyulut propaganda. Dari balik layar, ia menyebarkan bisikan fitnah ke telinga rakyat. Ia kembali memanfaatkan para pemain ketoprak yang populer dan banyak memiliki penggemar, yang digandrungi banyak orang, untuk menyebarkan cerita tentang buruknya kepemimpinan Raja Venom, bahkan pemain ketoprak turun ke jalan-jalan dalam propaganda.
Pelan-pelan, bisikan itu menjelma gelombang. Rakyat mulai gusar, mulai meragukan raja baru mereka. Di kadipaten-kadipaten, gejolak muncul. Pemimpin yang dipilih Raja Venom mulai digoyang. Kerajaan bergetar.
Targetnya jelas: menjatuhkan Raja Venom. Karena jika raja muda itu lengser, maka putra mahkota—yang kini menjadi patih sekaligus boneka Raja Marvel—akan naik takhta. Dengan begitu, semua dosa dan kasus lama yang perlahan tercium sang raja baru bisa disembunyikan kembali.
Inilah permainan kekuasaan:
ketika kebenaran dipertaruhkan, fitnah dijadikan senjata, dan rakyat menjadi papan catur bagi para penguasa.
Pakhoy, Sabtu Wage 1959
0 komentar:
Post a Comment